Friday, July 15, 2011

Sudah Selawatkah Kita ke Atas Kekasih Allah?

Insan Mulia, Pandanglah Hamba



Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Dia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai menjual, dia pergi ke masjid Agung di kota itu. Dia berwudhu, masuk ke dalam masjid, dan melakukan solat Zuhur. Setelah membaca wirid sekadarnya, dia keluar dari masjid dan membomgkok-bongkok di halaman masjid.Dia mengumpulkan dedaun yang bertaburan di halaman masjid.Selembar demi selembar daun yang gugur dikaisnya. Tidak satu lembar pun dia tinggalkan. Sudah tentu begitu lama dia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh panas terik. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid rasa kasihan kepadanya. Pada suatu hari penghuni masjid memutuskan untuk membersihkan dedaun itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, dia datang dan terus masuk ke dalam masjid. Usai solat, pada saat dia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, dia terkejut. Tidak ada satu pun daun berselerak di situ seperti selalunya. Dia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Dia bertanya mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.

"Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu,

"Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Dipendekkan cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaun itu seperti biasa.Seorang ulama terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa dia begitu bersemangat membersihkan dedaun itu. Perempuan tua itu mahu menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya ulama itu yang mendengarkan rahsianya;kedua, rahsia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak imam," tuturnya.

"Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak kena pada caranya. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Nabi Muhammad S.A.W. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Nabi S.A.W menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan selawat kepadanya."

Kisah ini menyingkap bagaimana kisah seorang perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Dia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, dia juga memiliki kesedaran spiritual yang luhur: Dia tidak dapat menggandakan amalnya. Dia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

No comments:

Post a Comment

Sepatah sudah mencukupi,
InsyaAllah teguran bermakna
hehe^^

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ittirashai!